24.6.05

Supriono

Memandang lelaki itu, aku termenung. Begitu pahit perjalanan hidupnya. Sepertinya, dia lebih banyak menikmati kegetiran dibanding aku. Tapi kupikir, setiap orang punya jalan masing-masing, dengan segala kegetiran dan kemanisannya.

Dia hidup sejak 1999 di gerobak, bersama kedua anaknya. Salah satu anaknya meninggal, dan akan dibawanya ke Bogor naik kereta karena dia tak punya uang untuk menguburkan di Jakarta. Masyarakat lalu terhenyak saat tahu, ada lelaki menggendong anaknya. Nurani tersentak.

Kini, Supriono sudah punya uang puluhan juta, dari sumbangan pembaca koran, pendengar radio dan lainnya. Namun, ia tetap sederhana, dengan senyum polosnya. Ia terkesan pendiam. meski tatapan matanya menyiratkan kepahitan perjalanan hidupnya.

1 Comments:

Blogger Mama Krucils said...

semoga kita bisa membantu supriono2 yang lain dan semoga kisah dia menjadi pelajaran berharga buat kita semuanya !

2:47 PM  

Post a Comment

<< Home